Durian adalah buah yang penuh dengan cerita. Julukan “Raja Buah” membuatnya semakin ikonik, tetapi yang lebih menarik adalah sejarah panjang di balik keberadaannya. Dari hutan tropis Asia Tenggara hingga menjadi komoditas bernilai tinggi di dunia internasional, durian punya perjalanan yang unik.
Banyak orang mengenalnya lewat aroma tajam dan rasa kompleks, tetapi sedikit yang memahami asal-usul buah ini. Dari mana durian pertama kali ditemukan? Mengapa dinamakan “durian”? Dan bagaimana buah ini bisa menempati posisi penting dalam budaya Asia Tenggara?
Artikel ini akan membahas tuntas tentang sejarah durian, asal usul namanya, serta perjalanan panjangnya hingga kini.
1. Awal Mula: Durian di Hutan Tropis

Durian berasal dari wilayah Asia Tenggara, terutama hutan tropis di kawasan Kalimantan, Sumatera, Malaysia, dan Brunei. Para ahli botani percaya bahwa Borneo (Kalimantan) adalah pusat keanekaragaman genetik durian. Di hutan-hutan lebat pulau ini, terdapat lebih dari 30 spesies durian liar, meski hanya sebagian kecil yang dapat dimakan.
Salah satu bukti paling awal mengenai durian ditemukan dalam catatan sejarah abad ke-15, ketika pedagang dari Jawa dan Malaka membawa durian sebagai buah persembahan. Namun, jauh sebelum itu, masyarakat lokal sudah mengenal durian sebagai buah musiman yang dinanti.
Bagi masyarakat pedalaman Kalimantan, durian bukan hanya makanan, tetapi bagian dari siklus hidup. Musim durian sering ditandai dengan perayaan, di mana buah jatuh dari pohon menjadi tanda panen yang melimpah.
2. Nama “Durian” dan Asal Usulnya
Mengapa buah ini disebut “durian”? Jawabannya sederhana tetapi menarik. Kata “durian” berasal dari bahasa Melayu dan Indonesia, yang diambil dari kata dasar “duri” dengan akhiran “-an”.
Nama ini jelas merujuk pada bentuk buahnya yang dipenuhi duri tajam. Dalam banyak bahasa daerah di Nusantara, duri adalah simbol perlindungan. Seperti halnya landak atau kerang, duri pada buah ini menjadi pelindung alami daging lembut di dalamnya.
Seiring masuknya durian ke dalam perdagangan internasional, nama lokal ini tetap dipertahankan. Para penjelajah Eropa pada abad ke-16, seperti Niccolò de’ Conti dan García de Orta, menuliskan kata “durian” dalam catatan mereka. Sejak saat itu, istilah ini mendunia.
3. Catatan Awal Durian dalam Sejarah
Salah satu catatan paling awal tentang durian berasal dari abad ke-15, ketika seorang penjelajah Italia, Niccolò de’ Conti, menyinggung tentang buah berduri yang populer di Asia. Catatan ini kemudian diperkuat oleh pengembara Portugis yang berlayar ke Malaka dan mencicipi buah ini.
Pada abad ke-16, Tomé Pires, seorang penulis Portugis dalam karyanya Suma Oriental, juga menyebutkan durian sebagai buah yang sangat dihargai di kalangan masyarakat Asia Tenggara. Ia menggambarkan durian sebagai buah dengan aroma yang sangat kuat, tetapi disukai oleh penduduk setempat.
Dari sinilah, durian mulai dikenal dunia luar sebagai buah eksotis dari Timur.
4. Peran Durian dalam Budaya Lokal
Di Asia Tenggara, durian tidak hanya dianggap sebagai buah biasa. Ia menjadi bagian dari identitas budaya.
- Indonesia: Di banyak daerah, musim durian dianggap sebagai perayaan. Masyarakat berkumpul untuk “pesta durian” di kebun. Bahkan ada tradisi menunggu buah jatuh dari pohon, bukan memetiknya, karena dipercaya durian matang sempurna hanya jika jatuh dengan sendirinya.
- Malaysia: Festival durian digelar hampir setiap tahun, terutama di Penang dan Pahang. Musang King kini menjadi ikon kebanggaan Malaysia.
- Filipina: Durian menjadi simbol Kota Davao dan bahkan ditampilkan dalam maskot festival tahunan.
- Thailand: Pemerintah mengelola durian sebagai komoditas ekspor unggulan. Varietas Monthong bahkan disebut “bantal emas” karena kualitasnya yang tinggi.
5. Penyebaran Durian ke Dunia
Seiring berkembangnya perdagangan, durian mulai dikenalkan ke negara lain. Pada abad ke-19, durian dibawa ke India, Sri Lanka, dan Australia oleh para pedagang dan kolonialis Eropa.
Namun, durian tidak mudah diterima di semua tempat. Aroma tajamnya sering kali menimbulkan kontroversi. Beberapa hotel di Singapura, Malaysia, dan bahkan maskapai penerbangan di Asia melarang buah ini dibawa ke dalam ruangan karena baunya yang menyengat.
Meskipun begitu, popularitas durian terus tumbuh. Saat ini, durian menjadi salah satu buah tropis paling dicari, terutama di China, yang menjadi pasar utama ekspor durian dari Thailand dan Malaysia.
6. Ragam Jenis Durian dan Evolusinya
Sejarah durian tidak bisa dilepaskan dari keragaman jenisnya. Ada lebih dari 300 varietas durian di Asia Tenggara. Beberapa yang paling terkenal adalah:
- Monthong (Thailand): manis, lembut, beraroma ringan.
- Musang King (Malaysia): kompleks, creamy, sedikit pahit.
- Petruk (Indonesia): manis legit dengan aroma tajam.
- Durian Merah (Banyuwangi): eksotis dengan warna daging merah.
- Black Thorn (Malaysia): lembut, manis-pahit, berwarna oranye pekat.
Keanekaragaman ini membuktikan bahwa durian telah berevolusi dan beradaptasi dengan lingkungan tropis selama ribuan tahun.
7. Durian dalam Ilmu Pengetahuan
Dalam dunia botani, durian termasuk dalam genus Durio dan keluarga Malvaceae. Spesies yang paling umum dikonsumsi adalah Durio zibethinus, yang banyak ditanam dan diperdagangkan secara global.
Namun, ada puluhan spesies lain yang hanya ditemukan di hutan tropis, seperti Durio graveolens (durian hutan berwarna merah) dan Durio oxleyanus (dengan daging pucat dan rasa unik). Banyak dari spesies ini masih belum banyak diteliti, sehingga durian juga menjadi topik menarik bagi ilmuwan.
8. Simbolisme Durian: Duri Tajam, Rasa Manis
Durian sering dilihat sebagai simbol paradoks. Duri tajam di luar melindungi daging manis di dalam. Filosofi ini kerap digunakan dalam budaya lokal sebagai perumpamaan tentang kehidupan manusia: jangan menilai sesuatu hanya dari luarnya.
Selain itu, durian juga dianggap sebagai simbol kemewahan. Di banyak tempat, durian dijual dengan harga tinggi, bahkan ada varietas yang dilelang hingga jutaan rupiah per butir.
9. Durian di Masa Kini
Kini, durian bukan hanya buah musiman. Ia telah menjadi komoditas global. Permintaan tinggi, terutama dari China, membuat banyak negara produsen mengembangkan perkebunan besar. Festival durian digelar di berbagai kota, dan olahan berbasis durian bermunculan, mulai dari pancake, es krim, kopi, hingga pizza.
Namun, popularitas ini juga membawa tantangan: dari isu lingkungan akibat pembukaan kebun besar-besaran hingga risiko hilangnya varietas lokal yang kalah bersaing. Karena itu, banyak pihak kini mendorong konsep durian berkelanjutan, agar kekayaan genetik buah ini tetap terjaga.
10. Penutup
Durian bukan sekadar buah tropis. Ia adalah sejarah panjang tentang alam, budaya, perdagangan, dan bahkan filosofi hidup.
Asalnya dari hutan-hutan Asia Tenggara, dinamai dari kata “duri”, lalu dikenal dunia lewat catatan para penjelajah, hingga akhirnya menjadi buah yang dipuja sekaligus diperdebatkan.
Durian mengajarkan kita bahwa sesuatu yang tampak menantang di luar bisa menyimpan keindahan di dalam. Di balik duri tajamnya, tersimpan rasa yang membuat jutaan orang jatuh cinta, generasi demi generasi.